Aku.

Hamima Abinawa.
2 min readMay 6, 2024
Jenderal Perempuan.

Katanya, bercita-cita menjadi Jenderal perempuan yang siap melawan kebinasaan hidupnya.

Inilah aku.

Tuturnya terus berkata, dadanya selalu membara, jika dirinya harus menjadi lebih dari tamtama. Tekad bulat di mata pipih-nya mampu tersirat ke arah ribuan pasukan di depan-nya.

Hati kecil namun mampu menggerakkan empati tuk membela bangsa dan negara.

Hati kecil namun mampu menggerakkan semangat juang yang tak kenal lelah bagi Nusantara.

Oh Jenderal..

Dirimu telah berjuang melawan semuanya. Melawan segala yang ada di depan meski bayang hitam terus meneror keberanianmu dari semak-semak sana.

Jatuh bangun t’lah kau upayakan demi terus berdiri mencari kemenangan, mencari setitik cahaya yang menyatakan, kau aman.

Oh Jenderal..

Namun, kau lemah..

Kau ‘tak kuasa menahan segalanya, semua terasa berat di bahu lebar yang kau punya. Mereka menggerogoti terus sampai ke sel darah putih kelak.

Bayang hitamnya terus tertawa, melihat misi akan selesai ‘tuk menaklukan si Jenderal perempuan sampai telak.

Sunyi malam dan kegelapan hutan membuat semuanya terlihat menyatukan ketakutan.

Namun, Jenderal..

Hati yang tulus serta doa dari sang Ayah Bunda membuat datangnya mukjizat yang tak pernah diduga.

Engkau bangkit dari lubang yang telah memakan-mu seharian, berjalan tertatih-tatih dan mengenal rasa sakit untuk kembali normal.

Matahari kembali menampakkan diri, dibarengi dengan semua yang sudah mulai kembali. Kewarasan jiwa dan hati, fisik pun ikut mumpuni. Bagaikan ayam yang tengah mencari kesadaran untuk mengeluarkan suara ‘tuk membangunkan dunia.

Kini ia kembali, untuk memberitahu dunia jika dirinya masih bisa berdiri.

--

--

Hamima Abinawa.

Senang rasanya saat huruf-huruf dirangkai menjadi beberapa kalimat bahkan alenia untukku bersuara.